Affiliate Programs •  SEO •  Banner •  Advertising •  Resources
Tampilkan postingan dengan label agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label agama. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Februari 2009

kong fu cu

SILSILAH DAN RIWAYAT SINGKAT NABI KONGZI

Oleh : XS. TJHIE TJAY ING


A. Nenek Moyang Nabi Kongzi yang perlu diketahui :

1. Raja Suci Huang Di (2698 SM-2598 SM): Seorang Raja Suci purba yang berjasa besar dalam membangun peradaban dan kebudayaan serta mengatur tata pemerintahan.

2. Xie, seorang menteri Pendidikan pada jaman Raja Yao (2357 SM-2255 SM) dan Raja Shun (2255 SM-2205 SM).

3. Cheng Tang, pendiri Dinasti Shang atau Yin (1766 SM-1122 SM).

4. Wei-zi Qi, kakak tertua Raja Zhou, Raja terakhir dinasti Shang. Setelah dinasti Shang roboh Wei-zi Qi diangkat menjadi Raja Muda yang pertama di Negeri Song. Karena tidak mempunyai anak, adiknya yang bernama Wei Zhong diangkat sebagai penerusnya. Wei Zhong inilah yang menurunkan Raja-raja Muda Negeri Song.

5. Kong-fu Jia, seorang bangsawan Negeri Song keturunan Wei Zhong pertama kali menggunakan nama keluarga Kong/Khong. Sedang sebelumnya mereka adalah orang bermarga Zi seperti Raja-raja dinasti Shang.

6. Kong-fang Shu, seorang bangsawan keturunan Kong-fu Jia mengungsi dari Negeri Song ke Negeri Lu karena terjadi kekalutan politik. Kong-fang Shu mempunyai anak Kong-bo Xia dan Kong-bo Xia mempunyai anak Kong He alias Shu Liang, dan orang biasa menyebut beliau Shu Liang He. Beliaulah ayah Nabi Kongzi.



B. Keluarga Nabi Kongzi

Nabi Kongzi adalah putra bungsu Shu Liang He. Beliau mempunyai 9 kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-pi. Ibu Nabi bernama Yan Zheng Zai. Beliau lahir pada tanggal 27 Ba Yue 551 SM di Negeri Lu (di Zhongguo dan Taiwan hari lahir beliau disesuaikan penanggalan Masehi menjadi 28 September), Kota Zou Yi, Desa Chang Ping di lembah Kong Song (kini di jasirah Shandong kota Qu Fu). Nama kecil Nabi adalah Qiu yang berarti bukit alias Zhong Ni yang artinya putera kedua dari bukit Ni, beliau menikah dengan puteri Negeri Song yang bermarga Jian Guan. Dari pernikahan ini mendapat seorang putera yang diberi nama Li yang berarti ikan gurami alias Bo Yu. Diberi nama demikian karena pada kelahiran putera ini Nabi telah diantari ikan gurami oleh Raja Muda Negeri Lu yang panggilannya Lu Zhao Gong. Disamping Li, Nabi masih mempunyai dua orang puteri yang seorang menjadi isteri Gong-ye Chang, murid Nabi.



C. Peristiwa-peristiwa Dalam Hidup Nabi

1. Usia 3 tahun ayah beliau wafat.

2. Usia 6 tahun telah menunjukkan sifat-sifat kenabiannya; dalam bermain senang mengajak dan memimpin kawan-kawannya menirukan orang melakukan ibadah dan sembahyang.

3. Usia 15 tahun beliau telah memiliki semangat belajar yang luar biasa.

4. Usia 19 tahun menikah dengan seorang gadis dari marga Jian Guan dari Negeri Song.

5. Usia 20 tahun diangkat menjadi Menteri lumbung oleh Keluarga Besar Ji.

6. Usia 21 tahun dikarunia seorang putera yang diberi nama Li alias Bo Yu.

7. Usia 24 tahun, ibu beliau wafat (ada yang mengatakan ibu Yan Zheng Cai Wafat ketika beliau berusia 17 tahun). Beliau berkabung 3 tahun. Jenasah kedua orang tuanya dimakamkan di gunung Fang Shan. Setelah selesai masa berkabung beliau sudah banyak menerima murid.

8. Usia 29 tahun beliau belajar musik kepada Shi Xiang, seorang guru musik yang termasyur.

9. Usia 30 tahun disertai dua orang murid: Nan-gong Jing-shu dan Meng-yi Zi (keduanya putera bangsawan besar keluarga Meng, yakni Meng-xi Zi. Beliau berkunjung ke Ibukota Negeri Zhou untuk mempelajari Li (Kesusilaan) dan peradaban dinasti Zhou, disana beliau bertemu dengan penjaga perpustakaan kerajaan bernama Lao Dan dan guru musik bernama Chang Hong.

10. Usia 35 tahun beliau ke Negeri Qi karena di Negeri Lu terjadi kekalutan dan Raja mudanya Lu Zhao Gong lari ke Negeri Qi. Waktu itu Negeri Qi diperintah oleh Raja Muda Qi JIng Gong dengan perdana menterinya Yan Ying atau Yan Ping Zhong yang terkenal pandai.

11. Usia 36 tahun beliau kembali ke Negeri Lu dan meneruskan mendidik murid-muridnya.

12. Usia 51 tahun sampai 55 tahun beliau aktif dalam pemerintahan yang waktu itu Raja Mudanya ialah Lu Ding Gong. Beliau pernah menjabat sebagai Walikota Zhong Dou dan menteri pekerjaan umum. Jabatan yang tertinggi dan terakhir adalah sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Kehakiman Da Si Kou.

13. Usia 56 tahun pada hari Dong Zhi meninggalkan Negeri Lu dan mulai pengembaraannya ke berbagai Negeri sebagai Mu-Duo (Genta Rohani Tuhan). TIAN Tuhan Yang Maha Esa telah mengutus-Nya sebagai Nabi Segala Masa, Yang Lengkap, Besar dan Sempurna/Ji Da Cheng. Beliau mengembara lebih kurang 13 tahun.

14. Tahun 483 SM Li atau Bo Yu, putera beliau meninggal dunia.

15. Tahun 482 SM Yan Hui, Murid yang termaju dan diharapkan menjadi penerus beliau meninggal dunia.

16. Tahun 481 SM salah seorang pegawai Keluarga Besar Ji Kang Zi telah membunuh Qi Lin dalam perburuan Raja Muda Lu Ai Gong.

17. Akhir tahun 480 SM Zi Lu atau Zhong You (murid beliau yang gagah berani penuh kejujuran) gugur di Negeri Wei karena disana terjadi pemberontakan.

18. Tanggal 18 Er Yue. Nabi Wafat.

19. Raja Muda-Raja Muda Lu yang memerintah selama masa hidup Nabi ialah : Lu Xiang Gong, Lu Zhao Gong, Lu Ding Gong dan yang terakhir Lu Ai Gong.

D. Gelar Anumerta Yang Pernah Disandangkan Kepada Nabi Kongzi ialah :

1. Oleh Raja Lu Ai Gong diberi sebutan Ni Fu yang bermakna Bapak Yang Mulia Ni.

2. Oleh Kaisar dinasti Han : Han Ping Di diberi gelar Cheng Xuan Ni Gong yang bermakna Pangeran Ni Yang Sempurna dan Cerah Batin.

3. Pada tahun 492 gelar itu diubah menjadi Wen Sheng Ni Fu yang bermakna Yang Mulia Bapak Ni Nabi Yang Menyeluruh Sempurna.

4. Oleh Kaisar Shun Zhi, Kaisar Pertama dinasti Man-cu pada tahun 1645 diubah gelar itu menjadi Da Cheng Zhi Sheng, Wen Xuan Xian Shi Kong Zi yang bermakna Kongzi Guru Purba Yang Cerah Menyeluruh, Nabi Agung Yang Besar Sempurna. Tetapi 12 tahun kemudian gelar itu disingkat menjadi Zhi Sheng Xian Shi Kong Zi yang bermakna Kongzi Guru Purba Nabi Agung.

5. Gelar untuk Nabi Kongzi yang tersurat di dalam Kitab Si Shu antara lain Tian Zhi Mu Duo yang bermakna Genta Rokhani Tuhan; Zhi Cheng yang bermakna yang sempurna iman; Zhi Sheng yang bermakna Nabi Agung dan Ji Da Cheng yang bermakna Nabi Yang Lengkap Besar dan Sempurna.

6. Di dalam Kitab Mengzi 5B 1/5 disuratkan "Bo Yi, ialah Nabi Kesucian; Yi Yin ialah Nabi Kewajiban; Liu Xia Hui ialah Nabi Keharmonisan; dan Nabi Kongzi ialah Nabi Segala Masa. Maka Nabi Kongzi dinamai yang lengkap, besar dan sempurna. Yang dimaksud dengan lengkap, besar dan sempurna ialah seperti suara musik yang lengkap dengan lonceng dari logam dan lonceng dari batu kumala (Jin Sheng Yu Zhen yang menjadi lambang majalah kita Genta Harmoni). Suara lonceng dari logam sebagai pembuka lagu dan lonceng dari batu kumala sebagai penutup lagu. Sebagai pembuka lagu yang memadukan keharmonisan menunjukkan kebijaksanaanNya dan sebagai penutup lagu menunjukkan paripurnanya karya kenabianNya".

RIWAYAT HIDUP PARA MURID NABI KONGZI



Di dalam kitab Shi Ji atau kitab Catatan Sejarah yang ditulis oleh Sima Qian yang hidup pada jaman dinasti Han (lahir tahun 145 SM) ditulis bahwa Nabi Kongzi bersabda: "Murid-murid yang menerima pendidikanku dan mampu mengembangkan diri sendiri ada 72 orang". Mereka adalah cendekiawan-cendekiawan yang berkemampuan luar biasa. Dikatakan bahwa para murid Nabi itu ada 3000 an orang, dan diantara mereka ada 72 orang yang tergolong cerdas bijaksana. Dibawah ini dituliskan riwayat singkat murid-murid tersebut.

1. Yan Hui atau Yan Yuan yang sebutannya Zi Yuan, beliau adalah orang Negeri Lu yang menjadi murid kesayangan Nabi, usianya 30 tahun lebih muda dan menjadi murid saat usia masih sangat muda. Nabi pernah bersabda: "Setelah aku mendapatkan Hui, murid-muridku kian menjadi dekat". Diceritakan ketika Nabi ada di puncak bukit Nong bersama Yan Hui, Zi Lu dan Zi Gong, Nabi bertanya kepada mereka tentang cita-citanya dan Nabi akan memilih. Setelah Zi Lu mengungkapkan cita-citanya Nabi menanggapi dengan berkata, "Itu sungguh menunjukkan keberanianmu". Berikutnya Zi Gong mengungkapkan cita-citanya dan Nabi menilai, "Itu menunjukkan kefasihan dalam bicara". Dan akhirnya Yan Hui berkata, "Murid berharap menemukan seorang raja yang bijak dan memiliki sifat-sifat kenabian. Kepada merekalah saya ingin membantu. Murid akan menebarkan ajaran Lima Kebajikan kepada rakyat dan membimbing mereka dengan Li Yue (Kesusilaan dan Musik) sehingga mereka tidak hanya mengutamakan membentengi kota dengan tembok dan parit tetapi menjadikan pedang dan tombaknya menjadi alat pertanian, mereka akan tanpa takut membawa hewan ternaknya ke daratan dan belantara. Tidak akan ada keluarga yang berantakan atau janda dan balu yang terlantar. Ribuan tahun tiada lagi musibah karena peperangan. You (Zi Lu) tidak mempunyai kesempatan untuk menunjukkan keberaniannya dan Si (Zi Gong) tidak dapat mempertunjukkan kefasihannya". Nabi bersabda: "Betapa terpuji Kebajikan semacam ini!" Ketika Hui berusia 29 tahun, seluruh rambutnya sudah putih dan 3 tahun kemudian meninggal dunia. Sejak jaman pemerintahan Kaisar pertama dinasti Han (206 SM-220 SM), Yan Hui telah diberikan tempat penghormatan di altar menyertai Nabi. Yan Hui menjadi orang yang pertama di antara Si Pei atau 4 tokoh yang menjadi pendamping Nabi dan diberi gelar Fu Sheng (yang hidupnya berpulang kepada Nabi).

2. Min Sun alias Zi-Qian, ia orang Negeri Lu, 15 tahun lebih muda dari Nabi menurut Shi Ji, tetapi menurut catatan yang lain dikatakan 50 tahun lebih muda. Ketika ia pertama menghadap Nabi, diceritakan ia nampak seperti orang kelaparan tetapi kian lama kian penuh keyakinan dan kepuasan. Ketika Zi Gong bertanya kepadanya penyebab perubahan itu, ia menjawab "Aku datang dari tengah-tengah penderitaan dan keraguan saat pertama menghadap Guru; beliau melatih semangatku memiliki rasa bakti dan bersuri tauladan kepada raja-raja suci purba, saya merasa gembira dengan ajaran ini; tetapi ketika aku pergi keluar dan melihat orang-orang yang menjadi penguasa dengan payung dan panji kehormatannya dan kemegahan yang dimilikinya, aku juga merasa senang dengan apa yang nampak itu. Dua perkara ini menjadikan dadaku tergoncang. Aku tidak dapat menentukan mana yang lebih kusukai dan karena itu aku nampak murung tetapi kini ajaran Guru telah meresap dalam-dalam kebatinku, kemajuanku juga mendapatkan bantuan suri tauladan kawan-kawan. Kini aku tahu apa yang harus kuikuti dan apa yang harus kuhindari dan segala kemegahan dalam kekuasaan tidak lagi bermakna bagiku, semuanya itu hanya seperti debu di tanah. Inilah yang menjadikanku penuh keyakinan dan kepuasan". Zi Qian diberi penilaian tinggi oleh Nabi. Ia dinilai memiliki kesucian dan semangat berbakti, di dalam kitab Dua Puluh Empat Anak-anak Berbhakti (Er Shi Si Xiao) ia termasuk salah satunya. Di Miao untuk Nabi (Kong Miao) kedudukannya ditempatkan yang pertama sebagai murid yang tergolong bijaksana (Xian Ren) setelah Si Pei. Ia diberi gelar Xian-Xian (orang bijak yang terdahulu).

3. Ran Geng alias Bo Niu, ia adalah penduduk Negeri Lu dan hanya 7 tahun lebih mudah dari Nabi. Ketika Nabi menjadi Menteri Kehakiman, beliau menguasi Bo Niu memangku jabatan di lingkungan Departemennya; sebelum itu ia sudah menjadi Komandan Kota Zhong-Du. Kini namanya diletakkan urutan ke empat diantara murid-murid yang tergolong 'Xian Xian' (orang bijak yang terdahulu).

4. Ran Yong alias Zhong Gong, ia semarga dengan Ran Geng dan 29 tahun lebih dari Nabi. Ayahnya seorang yang berkelakuan buruk, tetapi Nabi menyatakan beliau tidak mempermasalahkan itu dan menggolongkannya sebagai murid yang terbaik. Papan namanya diletakkan pada urutan kedua sisi timur dari kelompok Xian-Xian.

5. Ran Qiu alias Zi You, ia masih keluarga dengan kedua murid yang terdahulu itu, umurnya sama dengan Zhong Gong. Ia tercatat sebagai murid yang mempunyai banyak kemampuan dan luas pengetahuannya. Zi Gong berkata tentangnya, "Hormat kepada yang tua dan sayang kepada yang muda; penuh perhatian kepada para tamu dan pendatang; suka belajar dan ahli dalam berbagai seni; dan rajin di dalam meneliti berbagai hal. Semuanya ini ada pada Ran Qiu". Di dalam Riwayat Hidup Nabi dicatat bahwa oleh pengaruh Ran Qiu akhirnya beliau dapat pulang ke Negeri Lu. Kedudukan papan namanya diletakkan di urutan ketiga sisi barat dalam kelompok Xian-Xian (Sian Hian).

6. Zhong You alias Zi Lu juga disebut Ji LU ia penduduk daerah Bian Negeri Lu dan hanya 9 tahun lebih muda dari Nabi. Pada waktu pertama kali berwawancara, Nabi bertanya apa yang menjadi kesukaannya, dan dijawab, "Pedang panjangku ini". Nabi bersabda, "Bila kemampuanmu yang kini itu ditambah dengan keberhasilan dalam belajar, engkau akan menjadi orang yang hebat". "Apa gunanya belajar untukku?" tanya Zi Lu. "Di Gunung Selatan ada rumpun bambu, yang dari sifatnya sendiri sudah lurus tanpa ada bengkokan, bila bambu itu dipotong dan digunakan akan dapat menusuk tembus kulit badak: - Apa gunanya belajar!". Nabi bersabda, "Benar, tetapi bila engkau memberinya bulu-bulu dan ujung dari baja, tidakkah itu akan menusuk lebih dalam?" Zi Lu membongkokkan diri dua kali dan berkata "Murid akan sungguh-sungguh menerima ajaran Guru". Nabi pernah bersabda, "Sejak Aku mendapatkan You, kata-kata buruk tidak terdengar lagi ke telingaku". Selama beberapa waktu Zi Lu menjadi kepala Distrik Pu dan pengaturan administrasinya mendapat rekomendasi hangat dari Nabi. Zi Lu gugur di Negeri Wei karena membela Perdana Menteri atasannya yang disekap pemberontak. Zi Lu juga termasuk salah satu nama yang tercatat kisahnya dalam Kitab Dua Puluh Empat Anak-anak Berbhakti. Kini papan namanya diletakkan di urutan keempat sisi timur dalam kelompok Xian-Xian (Sian Hian).

7. Zai Yu alias Zai Wo ia orang Negeri Lu, tetapi tidak ada keterangan tentang usianya. Ia seorang yang tajam mulut menurut Sima Qian. Suatu ketika saat menjadi duta di istana Negeri Chu, Baginda Zhao menawarinya sebuah kereta yang dihiasi dengan perak untuk Nabi Kongzi. Zai Yu menjawab, "Guruku adalah seorang yang menyukai pemerintahan yang dilaksanakan berdasarkan kebenaran dan mendapatkan kegembiraan di dalam diri sendiri bukan karena pemberian semacam ini". Kini Jalan Suci dan Kebajikan di dalam negeri terabaikan, maka harapan beliau adalah membangkitkan dan menggerakkannya. Beliau berharap adanya seorang pangeran yang benar-benar berupaya menegakkan pemerintahan seperti itu beliau bersedia berjalan kaki ke istana dengan rasa gembira, mengapa beliau memerlukan pemberian yang demikian berharga ini dari tempat jauh?" Nabi menanggapi baik jawaban itu, tetapi di dalam Kitab Lun Yu, Zai Wo tidak nampak demikian besar kemajuannya. Zai Yu memangku jabatan di Negeri Qi dan menjadi Walikota Lin Zi dan menyertai Tian Chang melakukan gerakan pengacauan sehingga menghancurkan kaum keluarganya dan Nabi merasa malu tentang ia. Kini papan namanya diletakkan nomor dua sisi barat dalam kelompok Xian-Xian (Sian Hian).

8. Duan-Mu Si alias Zi Gong, papan namanya terletak nomor tiga sisi dalam kelompok Xian-Xian (Sian Hian). Ia seorang penduduk Negeri Wei, 31 tahun lebih muda dari Nabi, ia memiliki keterampilan yang luar biasa dan di dalam Lun Yu termasuk murid yang paling fasih dalam bicara. Nabi berkata, "Sejak Aku mendapatkan Si, murid-murid dari tempat jauh tiap hari kian banyak berdatangan kepadaku". Beberapa contoh yang mengungkapkan bagaimana cara ia memuliakan Nabi adalah demikian: Pangeran Qi Jing Gong ketika bertanya kepada Zi Gong tentang mengapa Zhong Ni (nama alias nabi) dinyatakan sebagai Nabi. Zi Gong menjawab "Saya tak tahu; sepanjang hidupku langit menaungi kepalaku, tetapi aku tidak tahu berapa tingginya, dan bumi ada dibawah kakiku tetapi aku tak tahu berapa tebalnya. Di dalam melayani Guru, aku seperti orang yang kehausan dengan membawa tempat air pergi ke sungai. Disana aku mengisinya sehingga penuh tetapi tidak tahu berapa dalamnya sungai itu". Ketika ia meninggalkan Nabi untuk memangku jabatan Komandan di Xin Yang Nabi berpesan kepadanya, "Di dalam sikapmu terhadap bawahan tiada yang lebih penting daripada bersikaplah tidak memihak; bila mendapatkan kekayaan tiada yang lebih penting daripada menjaga kesederhanaan. Pegang teguhlah dua hal ini dan jangan meninggalkannya; menyembunyikan kepandaian orang adalah menutupi orang-orang yang bijak; dan membuat pernyataan tenang keburukan orang adalah perilaku rendah budi, berbicara buruk tentang seseorang sebelum kamu dapat kesempatan memberikan pendidikan itu bukan cara membangun persahabatan dan keharmonisan". Zi Gong pernah memangku jabatan tinggi di Negeri Lu dan Wei dan meninggal dunia di Qi. Kita dapat melihat berapa ia merasa demikian dekat kepada Nabi; ketika beliau wafat banyak siswa membangun gubuk dekat makam Nabi dan berkabung disana tiga tahun, tetapi Zi Gong melanjutkan berkabung sampai tiga tahun lagi.

9. Yan Yan alias Zi You papan namanya diletakkan keempat sisi barat dalam kelompok Xian-Xian (Sian Hian). Ia seorang penduduk Negeri Wu, 45 tahun lebih muda dari Nabi dan luas pengetahuannya dalam pengetahuan Kitab. Ketika ia menjadi Komandan di Kota Wu Chang, ia membina watak penduduknya dengan membimbingkan tentang Li dan Yue (Kesusilaan dan Musik); dalam hal ini ia dipuji oleh Nabi. Setelah Nabi Kongzi wafat, Pangeran Ji Kang Zi bertanya kepada Yan Yan mengapa peristiwa itu tidak menimbulkan sensasi seperti ketika Zi Chan, Perdana Menteri Negeri Zheng meninggal dunia, yang menjadikan orang-orang laki-laki melepaskan hiasan sabuknya dan orang perempuan menyingkirkan mutiara dan anting-antingnya, dan suara tangis terdengar di jalan-jalan selama 3 bulan. Yan Yan menjawab "Pengaruh Yi Chan dan Guru dapat dibandingkan seperti gelombang banjir dan hujan yang menyuburkan. Ketika banjir datang semua orang mengerti, tetapi ketika terjadi hujan yang menyuburkan orang tidak memperhatikan".

10. Bo Shang alias Zi Xia. Tidak jelas asal tempat kelahirannya. Ada orang yang mengatakan ia lahir di Negeri Wei, atau Wen. Ia 45 tahun lebih muda dari Nabi dan berusia panjang. Pada tahun 406 SM (saat itu ia sudah berumur 100 tahun) ia ada di istana pangeran Wei Wen Hou, kepadanya ia memberikan kutipan kitab-kitab Suci (Jing). Ia dikenal sebagai seorang ulama atau cendekia yang sangat luas bacaannya tetapi kurang luas sikap keterbukaannya. Kitab Sanjak versi marga Mao dikatakan banyak memuat pandangan Zi Xia (Cu He). Gong-yang Goa dan Gu-liang Chi, kedua pujangga yang menulis dua versi tafsir Kitab Chun Qiu juga dikatakan belajar dibawah bimbingan Zi Xia. Ketika anak laki-lakinya meninggal dunia, ia menangis sehingga menjadi buta. Papan namanya ditempatkan diurutan kelima sisi timur dalam kelompok Xian-Xian (Sian Hian).

11. Zhuan-sun Shi alias Zi Zhang. Papan namanya ditempatkan urutan kelima sisi barat dalam kelompok Xian-Xian (Sian Hian). Ia orang Negeri Chen, 48 tahun lebih muda dari Nabi. Zi Gong berkata tentangnya demikian, "Tidak membanggakan kehebatan kecerdasannya; tidak menaruh kegembiraan karena kedudukannya yang tinggi atau yang mulia; tidak kasar dan tidak malas; tidak menunjukkan bangga karena menjadi tempat orang bersandar; - inilah sifat khusus Zhuan-sun Shi". Ia seorang yang sangat terbuka sikapnya terhadap orang lain.

12. Zeng Can alis Zi Yu ia orang dari daerah Wu Chang 46 tahun lebih muda dari Nabi. Ketika berusia 16 tahun, ia dikirim oleh ayahnya ke Negeri Chu, tempat Nabi Kongzi berada saat itu. Kecuali Yan Yuan tidak ada nama lain yang lebih besar di dalam jajaran murid Nabi. Zi Gong berkata tentangnya demikian, "Tidak ada suatu bidang yang tidak dipelajari. Penampilannya sangat anggun berwibawa. Kebajikannya mantap, kata-katanya tegas, dihadapan para penguasa ia nampak penuh wibawa dan percaya diri. Alisnya menyiratkan seorang yang akan panjang usia". Ia tercatat tentang semangat baktinya, dan setelah orang tuanya meninggal ia tidak dapat membacakan doa perkabungan tanpa menjadi ingat kepada orang tuanya, dan tersentuh hatinya sehingga menitikkan air mata. Ia banyak menulis. Buku-buku yang ditulisnya terhimpun didalam Kitab Dai Li (Kitab Upacara yang dihimpun dua orang marga Dai/Dai De dan Dai Sheng). Kitab Bhakti atau Xiao Jing dikatakan ditulis beliau langsung dibawah penilikan Nabi. Beliau jugalah yang membukukan Kitab Da Xue atau Ajaran Besar. Papan namanya diletakkan dalam kelompok Si Pei sejak tahun 1267 dengan gelar Zong Sheng atau yang memuliakan Nabi. Riwayat masa kecilnya juga tercatat di dalam Kitab Dua Puluh Empat Anak-anak Berbhakti.

13. Dan-Tai Mie Ming alias Zi Yu ia orang daerah Wu Chang, 39 tahun lebih muda dari Nabi menurut Si Ji atau Catatan Sejarah. Tetapi di dalam Kitab lain ditulis 49 tahun lebih muda dari Nabi. Tampangnya sangat buruk sehingga Nabi mula-mula mengira ia tidak mempunyai banyak kemampuan. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia melakukan perjalanan jauh sampai di wilayah Selatan Sungai Yang Zi yaitu di wilayah sekitar Kota Su Zhou. Disana ia mempunyai lebih kurang 300 murid. Kepada mereka diberi bimbingan dalam menjalin hubungan dengan para pangeran. Ketika Nabi mendengar keberhasilannya, Nabi mengakui betapa beliau salah menilainya karena wajahnya yang buruk. Ia mulai mendapatkan penghormatan bersama Nabi pada tahun 739. Papan namanya ditempatkan urutan kedua sisi timur setelah para Xian-Xian.

14. Seperingkat dengannya disisi barat diletakkan papan nama Fu Bu Qi alias Zi Jian. Ia orang dari Negeri Lu, tentang umurnya ada beberapa sumber yang berbeda; ada yang mengatakan 30, 40 dan 49 tahun lebih muda dari Nabi. Ia pernah menjadi komandan daerah Dan Fu dan tanpa kesulitan ia sukses dalam upayanya membangun daerahnya. Wu-ma Qi memangku jabatan yang sama dengannya dan berupaya membangun daerah itu dengan sungguh-sungguh dan penuh jerih payah. Wu-ma Qi bertanya bagaimana Bu Qi demikian mudah berhasil, dan dijawab, "Aku memperkerjakan orangnya; kamu memperkerjakan ototnya". Rakyat menyebut Fu Bu Qi orang yang berwatak Junzi (Susilawan), ia juga seorang penulis dan karya tulisnya disebutkan dalam daftar buku-buku yang ditulis oleh Liu Xin yang hidup pada jaman dinasti Han.

15. Disebelah Mie Ming (No. 13) diletakkan papan nama Yuan Xian alias Zi Si orang Negeri Song tetapi ada juga orang yang mengatakan Negeri Lu, 36 tahun lebih muda dari Nabi. Ia terkenal karena kesucian, kesederhanaan dan kemampuannya untuk bahagia di dalam Dao yang dibimbingkan Nabi sekalipun hidup miskin. Setelah Nabi wafat, ia hidup mengasingkan diri di Negeri Wei. Di dalam Kitab Lun Yu VI.5 dicatat tentang sikap hidup Yuan Si/Yuan Xian ini.

16. Gong Ye Chang alias Zi Zhi. Papan namanya diletakkan setelah Bu Qi. Ia adalah menantu Nabi, dan berasal dari Lu/Qi.

17. Nan-gong Guo alias Zi Rong nama kecilnya Tao. Papan namanya ada dibaris timur setelah Yuan Xian. Menjadi bahan pertanyaan apakah ia itu sama dengan Nan-gong Qing Shu yang pernah mendampingi Nabi ke Ibukota Negeri Zhou. Pada peristiwa kebakaran di istana Lu Ai Gong ketika orang-orang lain berupaya menyelamatkan benda-benda berharga, Nan-gong Guo langsung berupaya menyelamatkan isi perpustakaannya dan berkat Dialah Kitab Zhou Li yang ada di Negeri Lu terselamatkan bersama sejumlah kitab-kitab kuno yang lain.

18. Gong Xi Ai alias Ji Ci atau Ji Chen. Papan namanya diletakkan setelah Gong Ye Chang, ia orang Negeri Lu, ada juga orang yang mengatakan Negeri Zhou. Nabi memberi pujian atas dirinya ketika menolak tawaran jabatan oleh salah satu keluarga bangsawan yang melanggar hak pangeran atasannya dan lebih memilih hidup dalam kemiskinan daripada mengorbankan/ meninggalkan Jalan Suci.

19. Zeng Dian atau Zeng Xi. Ia adalah ayah Zeng Can/Zeng Shen, papan namanya ditempatkan di ruang nenek moyang Nabi, terletak di urutan pertama sisi barat.

20. Yan Wu Yao atau Yan Lu. Ia adalah ayah Yan Hui, hanya 6 tahun lebih muda dari Nabi. Papan namanya diletakkan seperti Zeng Dian urutan pertama sisi timur.

21. Berikutnya setelah papan nama Nan-Gong Guo (No.17) diletakkan papan nama Shang Ju alias Zi Mu. Tentang dirinya, dikatakan, berjasa dalam melestarikan Kitab Yi Jing yang diterima dari Nabi. Kitab itu diteruskan dari satu generasi ke generasi sampai dinasti Han.

22. Berikutnya setelah Gong Xi Ai (No. 18) diletakkan papan nama Gao Chai alias Zi Gao orang Negeri Qi tetapi ada juga yang mengatakan orang Negeri Wei. Ia 30 tahun lebih muda dari Nabi. Orangnya pendek dan wajahnya jelek tetapi banyak keterampilan dan kemampuannya. Ia pernah menjadi Menteri Kehakiman di Negeri Wei dan menghukum orang dengan potong kaki. Beberapa waktu kemudian justru orang itu yang menyelamatkan Gao Chai ketika melarikan diri karena ada pemberontakan di Negeri Wei. Nabi memuji Gao Chai karena kemampuannya menegakkan hukum dengan dasar moral yang kokoh sehingga orang yang dijatuhi hukumanpun ikhlas menerima keputusannya.

23. Shang Ju (No. 21) diikuti oleh murid yang bernama Qi Diao Kai alias Zi Ruo atau Zi Xiu, ia orang negeri Cai, ada juga yang mengatakan orang Negeri Lu. Kita hanya mengetahui ia orang yang sangat menekuni Kitab Shu Jing dan menolak memangku jabatan.

24. Gong-bo Liao alias Zi Zhou. Tentang riwayatnya ditulis di dalam Kitab Lun Yu XIV.36 yang diceritakan ia telah menfitnah Zi Lu, karena itu sangat diragukan apakah benar ia salah seorang murid Nabi.

25. Sima Geng alias Zi Niu. Kedudukannya disebelah Qi Diao Kai (No. 23); juga ada yang menyebut Li Geng. Ia seorang pembicara yang fasih, orang Negeri Song, adik Sima Huan Tui yang menjadi penguasa di Negeri Song dan pernah berupaya mengusir dan membunuh Nabi. Tetapi Sima Geng seorang murid yang sangat taat, meskipun hidupnya kemudian memprihatinkan karena perbuatan sewenang-wenang kakaknya yang mengakibatkan hancurnya seluruh keluarga. Tercatat di dalam Lun Yu XII.3,4,5.

26. Disebelah kedudukan Gao Chai (No.22) adalah Fan Xu alias Zi Chi orang Negeri Qi tetapi ada yang mengatakan Negeri Lu. Usianya sekitar 30-40 tahun lebih muda dari Nabi. Masa mudanya, ia menjadi orang yang terkenal dalam pasukan dibawah keluarga Ji.

27. You Ruo alias Zi Ruo. Ia orang Negeri Lu, tentang umurnya ada beragam keterangan tetapi tidak jelas. Ia terkenal di antara para murid, karena ingatannya yang luar biasa dan menyukai Kitab-kitab Suci Kuno. Setelah Nabi wafat banyak murid, karena melihat kemiripan cara You Ruo dengan Nabi lalu bermaksud berlaku kepadanya seperti kepada Nabi tetapi ditentang oleh Zeng Zi sehingga maksud itu dibatalkan. Papan nama You Ruo diletakkan urutan keenam sisi timur dalam kelompok Xian-Xian. Tetapi pada jaman dinasti Ching ketika diperintah oleh Kaisar Qian Long kedudukannya dinaikkan dan ditempat kedudukannya yang lama ditempatkan papan nama Zhu Xi bapak Neo-konfucianisme jaman dinasti Song.

28. Gong-xi Chi alias Zi Hua, orang Negeri Lu 42 tahun lebih muda dari Nabi; papan namanya diletakkan di urutan keempat sisi barat ruang luar. Ia terkenal akan pengetahuannya dalam memimpin upacara, dan murid-murid lain menyerahkan kepadanya mengatur upacara saat pemakaman Nabi.

29. Wu-ma Shi alias Zi Qi, orang Negeri Chen. Keterangan lain mengatakan ia orang Negeri Lu, 30 tahun lebih muda dari Nabi. Papan namanya diletakkan disisi timur setelah Sima Geng (No. 25). Diceritakan suatu ketika melakukan perjalanan bersama-sama Nabi dan murid-murid lain ke luar kota, Nabi menyarankan agar membawa payung. Ternyata benar, dalam perjalanan ini terjadi hujan lebat; Wu-ma Shi bertanya, "Pagi ini tidak mendung; tetapi setelah matahari naik mengapa Guru menyarankan membawa payung, bagaimana Guru mengetahui akan hujan?" Nabi menjawab, "Semalam rembulan ada dirasi bintang Bi dan bukankah di dalam Kitab Shu Jing tersurat 'Bila rembulan dirasi bintang Bi akan terjadi hujan lebat? Itulah yang menyebabkan Aku mengetahui".

30. Liang Li atau Shu Yu. Papan namanya diletakkan diurutan kedelapan sisi barat di ruang luar. Ia orang Negeri Qi, umumnya dicatat 29 atau 30 tahun lebih muda dari Nabi. Ada sebuah cerita tentangnya, demikian: - Ketika ia berumur 30 tahun ia kecewa karena tidak mempunyai anak, maka ia bermaksud menceraikan isterinya. Shang Qu (No. 21) berkata kepadanya, "Jangan lakukan itu, saya berumur 38 tahun baru mempunyai anak dan ibu saya bermaksud mencarikan isteri lagi untuk saya; ketika Guru bermaksud mengutus saya ke Negeri Qi. Ibu saya tidak setuju tetapi Guru bersabda, "Jangan khawatir, Shang Qu akan mempunyai 5 orang anak setelah berumur 40 tahun". Maka janganlah kamu berbuat salah, itu bukan salah isterimu kalau sampai kini kamu belum mempunyai anak". Liang Li mengikuti nasehat itu dan tahun kemudian ternyata ia peroleh anak.

31. Yan Xing alias Zi Liu. Papan namanya diletakkan disisi timur setelah Wu-ma Shi (No. 29), ia orang Negeri Lu dan 46 tahun lebih muda dari Nabi.

32. Ran Ru alias Zi Lu atau Zi Zeng. Papan namanya diletakkan diurutan barat setelah Liang Li (No. 30). Ia orang Negeri Lu, 50 tahun lebih muda dari Nabi.

33. Cao Xu alias Zi Xun orang Negeri Cai, 50 tahun lebih muda dari Nabi. Papan namanya diletakkan disisi barat seperingkat dengan Yan Xing (No. 13).

34. Disebelah baratnya lagi diletakkan papan nama Bo Qian alias Zi Yi atau Zi Jie orang Negeri Lu, 50 tahun lebih muda dari Nabi.

35. Gong-sun Long alias Zi Shi. Tempat kelahirannya kurang jelas, ada yang mengatakan ia orang Negeri Wei, Qin atau Zhao, 53 tahun lebih muda dari Nabi. Tentang dirinya ada catatan demikian: - Zi Gong bertanya kepada Zi Shi, "Belumkah engkau belajar Kitab Sanjak (Shi Jing)?" Zi Shi menjawab: "Adakah aku mempunyai waktu luang? Orang tuaku menuntut aku berlaku bakti, kakakku menuntut aku rendah hati, dan kawan-kawanku menuntut aku bersikap dapat dipercaya, bagaimana aku mempunyai waktu luang untuk yang lain?" Zi Gong berkata, "Datanglah kepada Guru dan belajarlah kepadanya".

36. Ran Ji alis Zi Chan atau Zi Da. Orang Negeri Lu, papan namanya diletakkan diurutan kesebelas sisi barat setelah Bo Qian (No. 34).

37. Gong-zu Gou-zi alias Zi Zhi. Orang Negeri Lu, papan namanya ada diurutan ke Dua Puluh Tiga sisi timur di ruang luar.

38. Qin-zu alias Zi Nan. Orang Negeri Qin, papan namanya ditempatkan kedua dari yang terakhir.

39. Qi-diao Chi alias Zi Lian. Orang Negeri Lu, papan namanya ada diurutan Tiga Belas sisi barat.

40. Yan Gao alias Zi Jiao. Ada yang menerangkan bahwa Yan Gao itu sama dengan Yan Ke murid yang menyaisi kereta Nabi ketika di Negeri Wei mengikuti perjalanan Wei Ling Gong dan permaisurinya, Nan Zi. Tapi ada keterangan lain ia bernama Chan alias Zi Jing. Papan namanya diurutan tiga belas sisi timur.

41. Qi-diao Tu-fu alias Zi You. Orang Negeri Lu, papan namanya diletakkan di urutan ke dua belas sisi barat.

42. Rang Si Chi alias Zi Cong, orang Negeri Qin, papan namanya disamping setelah Yan Gao (No. 40).

43. Shang Zhai alias Zi Xiu, orang Negeri Lu, papan namanya ditempatkan setelah Fan Xu (No. 26).

44. Shi Zuo alias Zi Ming, papan namanya setelah Ran Si Chi (No. 42).

45. Ren Bu-qi alias Zi Xuan, orang Negeri Chu, papan namanya setelah Gong-xi Chi (No. 28).

46. Gong-liang Ru alias Zi Zheng, orang Negeri Qin, papan namanya ditempatkan setelah Ren Bu-qi (No. 45). Ada catatan yang menyatakan bahwa Zi Zheng adalah seorang yang cakap dan berani, ketika Nabi dikurung di Negeri Pu, Zi Zheng tampil melawan sehingga orang-orang Negeri Pu menjadi ketakutan dan memperkenankan Nabi pergi setelah diminta bersumpah tidak pergi ke Negeri Wei.

47. Hou Shi atau Hou Chu alias Zi Li namanya ada diurutan ke tujuh belas sisi timur.

48. Qin Ran alias Zi Kai, orang Negeri Cai, papan namanya mula-mula tidak diletakkan diruang dalam Miao; baru pada jaman dinasti Ching diletakkan diurutan ke tiga puluh tiga sisi timur ruang luar.

49. Gong-xia Shou alias Zi Cheng, orang Negeri Lu, papan namanya diletakkan setelah Shi Zou (No. 44).

50. Xi Rong-dian alias Zi Shi atau Zi Jie, orang Negeri Wei, papan namanya ditempatkan diurutan ke delapan belas sisi timur.

51. Gong Jian-ding alias Gong You atau Zi Zhong . Ia orang Negeri Lu tetapi ada juga yang mengatakan orang Negeri Wei atau Jin, papan namanya ditempatkan setelah Gong-liang Ru (No. 46).

52. Yan Zu alias Zi Xiang, orang Negeri Lu, papan namanya diletakkan setelah Xi Yong-dian (No. 50).

53. Jiao Dan alias Zi Jia, orang Negeri Lu, papan namanya diletakkan setelah Gong Jian-ding (No. 51).

54. Ju Jing Jiang alias Zi Jiang atau Zi Jie atau Zi Meng, orang Negeri Wei, papan namanya diletakkan setelah Yan Zu (No. 52).

55. Han-fu Hei alias Zi Hei ada juga yang menyebut Zi Zai. Orang Negeri Lu, papan namanya setelah Jiao Dan (No. 53).

56. Qin Shang alias Zi Pei, orang Negeri Lu tetapi ada juga yang mengatakan orang Negeri Chu. Ia 40 tahun lebih muda dari Nabi, tetapi ada juga yang mengatakan ia hanya 4 tahun lebih muda dari Nabi dan ayahnya bersama ayah Nabi, keduanya terkenal karena kehebatan tenaganya. Papan namanya ada diurutan ke dua belas sisi timur.

57. Shen Dang alias Zi Zhou. Mungkin ia orang yang sama dengan murid yang disebutkan dalam Kitab Lun Yu bernama Shen Cheng. Papan namanya ada dibaris tiga puluh satu sisi timur.

58. Yan Zhi-pu alias Zi Shu, orang Negeri Lu, papan namanya ada diurutan dua puluh sembilan sisi timur.

59. Rong Qi alias Zi Qi ada juga yang menyebut Zi Yan, orang Negeri Lu, papan namanya ada diurutan ke dua puluh sisi barat.

60. Xian Cheng alias Zi Qi atau Zi Heng orang negeri Lu, papan namanya di urutan dua puluh dua sisi timur.

61. Zuo Ren-ying alias Zi Xing, orang Negeri Lu, papan namanya setelah Yong Qi (No. 59).

62. Yan Ji alias Zi Si, orang Negeri Qin, papan namanya ada di urutan dua puluh empat sisi timur.

63. Zheng Guo alias Zi Tu, orang Negeri Lu. Ada anggapan ia sama dengan Xue Bang alias Zi Cong. Papan namanya setelah Zuo Ren-ying (No. 16).

64. Qin Fei alias Zi Zhi orang Negeri Lu, papan namanya ada di urutan tiga puluh satu sisi barat.

65. Shi Zhi-Chang alias Zi Heng atau Zi Chang orang Negeri Lu, papan namanya ada diurutan tiga puluh sisi timur.

66. Yan Kuai alias Zi Sheng, papan namanya setelah Qin Fei (No. 64).

67. Bu Shu-sheng alias Zi Che orang sering menyebutnya juga Zi Shao. Papan namanya ada di urutan tiga puluh sisi barat.

68. Yuan Kang alias Zi Li, orang Negeri Lu, papan namanya ada di urutan dua puluh tiga sisi barat.

69. Yue Xin alias Zi Sheng, orang Negeri Lu, papan namanya ada di urutan dua puluh lima sisi timur.

70. Lian Jie alias Zi Yong, orang Negeri Wei, tetapi ada juga yang mengatakan orang Negeri Qi, papan namanya setelah Yuan Kang (No. 68).

71. Shu-zhong Hui alias Zi Qi, orang Negeri Lu. 54 tahun lebih muda dari Nabi, ada yang mengatakan ia dan seorang muda lain bernama Kong Xuan terkenal di dalam kemampuan menulis dan menjadi pembantu Nabi. Ketika Meng Wu-bo meragukan kemampuan mereka, Nabi menegaskan kepuasannya terhadap mereka. Papan namanya setelah Lian Jie (No. 70).

72. Yan He alias Zi Ran, orang Negeri Lu, papan namanya ada di urutan tiga puluh tiga sisi barat.

73. Di Hei alias Zi Zhe, orang Negeri Wei atau Lu, papan namanya ada di urutan dua puluh enam sisi timur.

74. Bang Xun alias Zi Lian atau Zi Yin, orang Negeri Lu, papan namanya ada di urutan dua puluh tujuh sisi barat.

75. Kong Zhong alias Zi Mie dikatakan ia adalah putera kakak Nabi Kongzi, Meng Pi. Papan namanya terletak setelah Di Hei (No. 73),

76. Gong-xi Yu-ru alias Zi Shang, orang Negeri Lu, papan namanya ada di urutan dua puluh enam sisi barat.

77. Gong-xi Dian alias Zi Shang, orang Negeri Lu, papan namanya ada di urutan dua puluh delapan sisi timur.

78. Qin Zhang atau Lao alias Zi Kai, orang Negeri Wei, papan namanya ada di urutan dua puluh sembilan sisi barat.

79. Chen Kang alias Zi Kang atau Zi Qin, orang Negeri Chen, lihat Lun Yu I.10.

80. Xian Tan atau Tan Fu atau Feng alias Zi Xiang, orang Negeri Lu. Ada orang yang mengatakan ia sama dengan Jiao Dan tapi hal ini masih sangat diragukan.

81. Lin Fang alias Zi Qiu, orang Negeri Lu, tersurat dalam Kitab Lun Yu III.4. Papan namanya ditempatkan di urutan pertama sisi barat.

82. Qu Yuan alias Bo Yu, seorang perwira di Negeri Wei. Di dalam Kitab Lun Yu dan Meng Zi nampak sebagai kawan dekat Nabi. Papan namanya di urutan pertama sisi timur.

83. Shen Cheng dan.

84. Shen Tang lihat No. 57, diperkirakan sama.

85. Mu Pi disebutkan dalam Kitab Meng Zi VII B. 37.3. Pada jaman dinasti Ching papan namanya diletakkan di urutan ke tiga puluh empat sisi timur.

86. Zuo Qiu Ming, papan namanya diletakkan diurutan tiga puluh dua sisi timur. Pada tahun 1530 (dinasti Ming) ia dikelompokkan dalam Xian Ru atau tokoh Ru Jiao yang terdahulu tetapi pada tahun 1642 (dinasti Ching) ditingkatkan dalam kelompok Xian-Xian. Ia terkenal karena menulis tafsir Kitab Chun Qiu. Apakah dia murid Nabi Kongzi atau hanya kawan akrabnya, menjadi perdebatan.



Nama-nama diatas adalah murid-murid Nabi yang diberi penghormatan dialtar bersama Nabi. Ada beberapa nama lain yang disebutkan di dalam Lun Yu atau Li Ji tetapi tidak termasuk yang dihormati bersama Nabi, yaitu nama-nama lain seperti : Zhong-sun He-ji dan Zhong-sun Shuo putera Mengxi, Ru Bei tersurat di dalam Lun Yu XVII.20, juga di dalam Li Ji XVIII.ii.22; Gong Wang Zhi Qiu dan Xu Dian tercatat di dalam Li Ji XLIII.7; Bin Mou Jia tercatat di dalam Li Ji XVII.iii.16; Kong Xuan dan Hui Shu-lan; Chang Ji yang disebutkan oleh Zhuang Zi; Ju Yu yang disebutkan oleh Yan Zi atau Yan Ping Zhong, Lian Yu dan Lu Jun dan akhirnya Zi-fu He atau Zi-fu Jing Bo tercatat dalam Kitab Lun Yu XIV.36.



Demikianlah riwayat singkat murid-murid Nabi yang masih dapat kita ketahui nama-namanya, semoga memberikan kita pemahaman kepada murid-murid yang dekat dengan Nabi. Shanzai.




http://www.felixviery-web.blogspot.com/
2009-02-13
always
0.8

budha gautama

KISAH BUDHA GAUTAMA

Raja Suddhodana Gautama dengan permaisurinya Dewi Mahamaya yang cantik jelita memerintah kerajaan di Kapilawastu bagian selatan pegunungan Himalaya dengan adil dan bijaksana. Walaupun telah menikah 20 tahun lamanya, tetapi belum dikarunia seorang putrapun. Sampai pada suatu malam, Dewi Mahamaya bermimpi melihat seekor gajah putih yang untuk kemudian permaisuri lalu mengandung.
Menurut adat kebiasaan yang berlaku, permaisuri harus melahirkan di rumah orang tuanya, sehingga pada saat akan melahirkan, pergilah Dewi Mahamaya ke istana orang tuanya di kerajaan Koliya. Dalam perjalanan, Dewi Mahamaya berhenti untuk beristirahat di taman Lumbini. Pada saat beristirahat, lahirlah putranya.
Semua orang merasa bahagia, bahkan langit dan bumi seolah-olah turut juga menyambut kegembiraannya atas kelahiran putra Baginda yang jatuh pada saat bulan Purnama Siddhi di bulan Waisak (versi Buddhisme Mahayana, 566 SM hari ke - 8 bulan ke-4 menurut kalender lunar. Versi World Fellowship of Buddhist, bulan Mei tahun 623 SM).
Pada hari ke-lima kelahiran Pangeran, Baginda memberikan nama kepada putranya, Siddharta, yang berarti ‘tercapailah cita-citanya’. Dewi Mahamaya wafat seminggu setelah melahirkan putranya. Adiknya Dewi Mahaprajapati untuk kemudian diserahi tugas dan tanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik Pangeran Siddharta.
Pada suatu hari, pertapa Asita yang berdiam di pegunungan dekat istana raja Suddhodana memperhatikan sinar yang memancar terang di istana dan memutuskan untuk mengunjungi istana. Baginda menyambut kedatangan pertapa Asita sambil memperlihatkan putranya. Begitu melihat Pangeran Siddharta, pertapa Asita menangis terharu sambil mengatakan, ” Sayang sekali, hamba sudah tua, kelak hamba tidak akan sempat menerima ajaran Sang Buddha, oh ! ” (Buddha berasal dari Budh, yang artinya kesadaran. Buddha berarti orang yang telah mencapai kesadaran sempurna). Baginda merasa terkejut dan meminta penjelasan lebih lanjut dari pertapa Asita yang menambahkan, ” Kelak dia akan meninggalkan istana untuk pergi bertapa mencari kesadaran sempurna. Baginda seharusnya bahagia, karena Pangeran adalah Permata Dunia yang mampu membebaskan makhluk-makhluk dari penderitaan. Dia adalah cahaya abadi dunia yang tak kunjung padam “.
Kata-kata pertapa Asita membuat Baginda tidak tenang siang dan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal. Untuk itu Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta, agar putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur tua, dan kematian. Sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.
Dalam Usia 7 tahun Pangeran Siddharta telah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tetapi Pangeran Siddharta kurang berminat dengan pelajaran tersebut. Pangeran Siddharta mendiami tiga istana, yaitu istana musim semi, musim hujan dan pancaroba. Selama 10 tahun lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan duniawi.
Suatu hari Pangeran Siddharta meminta ijin untuk berjalan di luar istana, dimana pada kesempatan yang berbeda dilihatnya Empat Kondisi yang sangat berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci. Sehingga Pangeran Siddharta bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, ” Apa arti kehidupan ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian. Lebih-lebih mereka yang minta pertolongan kepada orang yang tidak mengerti, yang sama-sama tidak tahu dan terikat dengan segala sesuatu yang sifatnya sementara ini ! “. Pangeran Siddharta berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban tersebut.
Pergolakan batin Pangeran Siddharta berjalan terus sampai berusia 29 tahun, tepat pada saat putra tunggalnya Rahula lahir. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya Canna. Tekadnya telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup sebagai pertapa.
Didalam pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa Bhagava dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa Alara Kalama dan pertapa Udraka Ramputra. Namun setelah mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang diinginkannya . Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan mencapai Pencerahan Sempurna.
Kemudian pertapa Gautama meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke Magada untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruwela, di tepi sungai Nairanjana yang mengalir dekat hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di hutan Uruwela, tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakekat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.
Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seorang tua sedang menasehati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakan, ” Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu.”
Nasehat tersebut sangat berarti bagi pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa Gautama melanjutkan samadhinya di bawah pohon Bodhi (Asetta) di hutan Gaya, sambil berprasetya, “Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan , tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna.”
Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Beliau putus asa menghadapi godaan Mara, setan penggoda yang dahsyat itu. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan iman yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur. Sekarang pertapa Gautama menjadi terang dan jernih, secerah sinar fajar yang menyingsing di ufuk timur. Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha [Sammasam-Buddha], tepat pada saat bulan Purnama Raya di bulan Waisak ketika Beliau berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut kalender Lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Beliau memancarkan enam sinar Buddha [Buddharasmi] dengan warna warni Biru yang berarti bhakti; Kuning mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; Merah yang berarti kasih sayang dan welas-asih; Putih mengandung arti suci; Jingga berarti giat; dan campuran ke-lima sinar tersebut.
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pertapa Gautama mendapat gelar kesempurnaan yang antara lain : Buddha Gautama, Buddha Shakyamuni, Tathagata (’Ia Yang Telah Datang’, Ia Yang Telah Pergi’), Sugata (’Yang Maha Tahu’), Bhagava (’Yang Agung’) dan sebagainya. Lima pertapa yang mendampingi Beliau di hutan Uruwela merupakan murid pertama Sang Buddha yang mendengarkan khotbah pertama [Dharmacakra Pravartana/Dhammacakka Pavattana], dimana Beliau menjelaskan mengenai Jalan Tengah yang ditemukanNya, yaitu Delapan Ruas Jalan Kemuliaan termasuk awal khotbahNya yang menjelaskan Empat Kebenaran Mulia.
Buddha Gautama berkelana menyebarkan Dharma selama empat puluh lima tahun lamanya kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang, hingga akhirnya mencapai usia 80 tahun, dimana Beliau mengetahui bahwa tiga bulan lagi Beliau akan Parinibbana.
Sang Buddha dalam keadaan sakit terbaring di antara dua pohon Sala di Kusinagara, memberikan khotbah Dharma terakhir kepada siswa-siswaNya, lalu Parinibbana (versi Buddhisme Mahayana, 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Versi WFB pada bulan Mei, 543 SM).
Khotbah Buddha Gautama terakhir mengandung arti yang sangat dalam bagi siswa-siswaNya, yang antara lain :
* Percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan Ajaran Sang Buddha. * Jadikanlah Ajaran Sang Buddha (Dharma) sebagai pencerahan hidup. * Segala sesuatu tidak ada yang kekal abadi. * Tujuan dari Ajaran Sang Buddha (Dharma) ialah untuk mengendalikan pikiran. * Pikiran dapat menjadikan seseorang menjadi Buddha, namun pikiran dapat pula menjadikan seseorang menjadi binatang. * Hendaknya saling menghormati satu dengan yang lain dan dapat menghindarkan diri dari segala macam perselisihan. * Bilamana melalaikan Ajaran Sang Buddha, dapat berarti belum pernah berjumpa dengan Sang Buddha. * Mara (setan) dan keinginan nafsu duniawi senantiasa mencari kesempatan untuk menipu umat manusia. * Kematian hanyalah musnahnya badan jasmani. * Buddha yang sejati bukan badan jasmani manusia, tetapi Pencerahan Sempurna. * Kebijaksanaan Sempurna yang lahir dari Pencerahan Sempurna akan hidup selamanya di dalam Kebenaran. * Hanya mereka yang mengerti, yang menghayati dan mengamalkan Dharma yang akan melihat Sang Buddha. * Ajaran yang diberikan oleh Sang Buddha tidak ada yang dirahasiakan, ditutup-tutupi ataupun diselubungi.
Sang Buddha bersabda, “Dengarkan baik baik, wahai para bhikkhu, Aku sampaikan padamu: Akan membusuklah semua benda benda yang terbentuk, berjuanglah dengan penuh kesadaran!” (Digha Nikaya II, 156)

Sifat Agung Sang Buddha
Seorang Buddha memiliki sifat Cinta Kasih [maitri/metta] dan Kasih Sayang [karuna] yang diwujudkan oleh sabda Buddha Gautama, ” Penderitaanmu adalah penderitaanku, dan kegembiraanmu adalah kegembiraanku.” Manusia adalah pancaran dari semangat Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang dapat menuntunnya kepada Pencerahan Sempurna.
Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha tidak terbatas oleh waktu dan selalu abadi, dimana telah ada dan memancar sejak manusia pertama kalinya terlahir dalam lingkaran hidup roda samsara yang disebabkan oleh ketidaktahuan atau kebodohan-batinnya. Jalan untuk mencapai Kebuddhaan ialah dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan batin yang dimiliki oleh manusia. Pada waktu Pangeran Siddharta meninggalkan kehidupan duniawi, Beliau telah mengikrarkan Empat Prasetya yang berdasarkan Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu :
1. Berusaha menolong semua makhluk.
2. Menolak semua keinginan nafsu keduniawian.
3. Mempelajari, menghayati dan mengamalkan Dharma.
4. Berusaha mencapai Pencerahan Sempurna.
Buddha Gautama pertama melatih diri untuk melaksanakan amal kebajikan kepada semua makhluk dengan menghindarkan diri dari sepuluh tindakan yang diakibatkan oleh tubuh, ucapan dan pikiran, yaitu Tubuh [kaya] : pembunuhan, pencurian, perbuatan jinah. Ucapan [vak] : penipuan, pembicaraan fitnah, pengucapan kasar, percakapan tiada manfaat. Pikiran [citta] : kemelekatan, niat buruk dan kepercayaan yang salah.
Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha adalah cinta kasih untuk kebahagiaan semua makhluk seperti orang tua mencintai anak-anaknya, dan mengharapkan berkah tertinggi terlimpah kepada mereka. Bagaikan hujan yang jatuh tanpa membeda-bedakan, demikianlah Cinta Kasih seorang Buddha. Akan tetapi terhadap mereka yang menderita sangat berat atau dalam keadaan batin gelap, Sang Buddha akan memberikan perhatian khusus. Dengan Kasih SayangNya, Sang Buddha menganjurkan supaya mereka berjalan di atas jalan yang benar dan mereka akan dibimbing dalam melawan kejahatan, hingga tercapai Pencerahan Sempurna. Sang Buddha adalah ayah dalam kasih sayang dan ibu dalam cinta kasih.
Sebagai Buddha yang abadi, Beliau telah mengenal semua orang dan dengan menggunakan berbagai cara Beliau telah berusaha untuk meringankan penderitaan semua makhluk. Buddha Gautama mengetahui sepenuhnya hakekat dunia, namun Beliau tidak pernah mau mengatakan bahwa dunia ini asli atau palsu, baik atau buruk. Beliau hanya menunjukkan tentang keadaan dunia sebagaimana adanya. Buddha Gautama mengajarkan agar setiap orang memelihara akar kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan masing-masing. Beliau tidak saja mengajarkan melalui ucapan, akan tetapi juga melalui perbuatan. Meskipun bentuk fisik tubuhNya tidak ada akhirnya, namun dalam mengajar umat manusia yang mendambakan hidup abadi, Beliau menggunakan jalan pembebasan dari kelahiran dan kematian untuk membangunkan perhatian mereka.
Seorang Buddha memiliki sifat luhur antara lain :
1. Bertingkah laku baik;
2. Berpandangan hidup luhur;
3. Memiliki kebijaksanaan sempurna;
4. Memiliki kepandaian mengajar yang tiada bandingnya;
5. Memiliki cara menuntun dan membimbing manusia dalam mengamalkan Dharma.
Buddha Gautama memelihara semangatNya yang selalu tenang dan damai dengan melaksanakan meditasi. Sang Buddha membersihkan pikiran mereka dari kekotoran bathin dan menganugerahkan mereka kegembiraan dengan semangat tunggal yang sempurna. Jangkauan pikiran Sang Buddha melampaui jangkauan pikiran manusia biasa. Dengan kebijaksanaan yang sempurna, Buddha Gautama dapat menghindarkan diri dari sikap-sikap ekstrim dan prasangka, serta memiliki kesederhanaan. Oleh karena itu Beliau dapat mengetahui dan mengerti pikiran dan perasaan semua orang dan dapat melihat yang ada dan yang terjadi di dunia dalam sekejap, sehingga mendapatkan julukan seorang yang telah Mencapai Pencerahan Sempurna [Sammasam-Buddha] dan Yang Maha Tahu [Sugata].
Pengabdian Buddha Gautama telah membuat diriNya mampu mengatasi berbagai masalah didalam berbagai kesempatan yang pada hakekatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan keadaan sebenarnya dari hakekat yang hakiki dari seorang Buddha. Sang Buddha adalah pelambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Sang Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Beliau dapat berkhotbah kepada semua orang, kapanpun dikehendakiNya. Sang Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbahNya. Bagi mereka yang mendengarkan khotbahNya, yang dapat mengerti dan menghayati serta mengamalkan Sifat Agung Sang Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup. Mereka tidak akan dapat tertolong hanya karena mengandalkan kepintarannya sendiri.
Buddha Gautama bersabda, ” Hanya dengan jalan melalui kepercayaan, keyakinanlah, mereka akan dapat mengikuti ajaranKu. Karena itu setiap orang hendaknya mau mendengarkan ajaranKu, kemudian menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.”
Wujud dan Kehadiran Buddha
Buddha tidak hanya dapat diketahui dengan hanya melihat wujud dan sifatNya semata-mata, karena wujud dan sifat luar tersebut bukanlah Buddha yang sejati. Jalan yang benar untuk mengetahui Buddha adalah dengan jalan mencapai Pencerahan Sempurna. Buddha sejati tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa, sehingga Sifat Agung seorang Buddha tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Namun Buddha dapat mewujudkan diriNya dalam segala bentuk dengan sifat yang serba luhur. Apabila seseorang dapat melihat jelas wujudNya atau mengerti Sifat Agung Buddha, namun tidak tertarik kepada wujudNya atau sifatNya, dialah yang sesungguhnya yang telah mempunyai kebijaksanaan untuk melihat dan mengetahui Buddha dengan benar.
Buddha di Rumah
Fu-hauzi adalah seorang pemuda yang berwatak tidak sopan terhadap ibunya yang sudah tua dan tinggal sendirian bersamanya. Fu-hauzi selain malas juga pemarah sekali, sehingga ibunya yang masih bekerja sendirian tersebut sering menjadi obyek amarahnya. Tetapi ibunya tetap sabar dan mengasihi anak tunggalnya tersebut.
Sampai suatu hari, pemuda ini mendapatkan khabar bahwa di seberang lautan dekat puncak gunung, terdapat seorang Buddha yang sangat sakti dimana setiap permintaan dapat dipenuhinya. Fu-hau-zi yang memang sifatnya malas, berminat untuk bertemu Buddha tersebut agar dapat langsung memperoleh kesaktian sehingga tidak perlu susah bekerja. Maka berangkatlah Fu-hauzi seorang diri yang tentunya tanpa pamit kepada ibunya.
Sampai di gunung seberang, dia bertemu dengan seorang bhikshu tua sederhana yang telah berjenggot, maka diapun bertanya , “Kakek tua, saya ingin bertemu dengan Buddha”. Kakek tua tersebut yang mengetahui pemuda ini, menyahut, “Anak muda, sekarang Buddha itu sedang menunggu di rumahmu. Ciri-cirinya adalah berpakaian terbalik dan sandal yang terbalik yang akan menyambutmu di depan pintu rumahmu. Pergilah menemuinya karena dia telah lama menunggumu.”
Merasa girang bahwa rupanya Buddha telah datang ke rumahnya dan menungguinya, maka Fu-hauzi segera pulang ke rumah sambil berpikir dalam hati, “Sungguh sakti Buddha tersebut, dan sungguh beruntung saya karena telah ditunggui oleh Buddha di rumah”. Sesampai di depan pintu rumahnya, segera Fu-hauzi menggedor pintu dan memanggil nyaring ibunya untuk membukakan pintu. Ibunya yang sedang tidur siang, terkejut dan karena khawatir membuat anaknya marah serta senang juga mendengar anaknya telah kembali setelah pergi sekian lama tanpa permisi ,maka dengan tergopoh-gopoh ibu tua ini memakai baju terbalik dan sandal terbalik. Segera dibukakannya pintu rumah, pemuda ini melihat persis ciri seorang Buddha yang digambarkan oleh bhikshu tua di gunung seberang, yang malah menangis memeluknya. Segera Hauzi berlutut di depan ibunya dan sadar akan tabiat buruknya selama ini. Sejak itu Hauzi menjadi anak yang berbakti dan bekerja dengan rajin.
Demikianlah Buddha adalah Pencerahan Sempurna, sehingga tidak dapat dicari dari bentuk luar saja karena tidak berbentuk dan berwujud. Tubuh Buddha merupakan badan abadi yang perwujudanNya adalah Kebijaksanaan. Pencerahan Sempurna memperlihatkan diri sebagai cahaya kebijaksanaan yang membangkitkan orang ke dalam suatu kehidupan baru dan menyebabkan mereka terlahir di tanah Buddha.
Ajaran esoterik menguraikan Buddha memiliki tiga rangkap badan [Tri-Kaya], yaitu Dharma-Kaya, Sambogha-Kaya dan Nirmana-Kaya. Dharma-Kaya adalah sumbernya Dharma, dimana merupakan kesunyataan sebagai hakikat yang hakiki tanpa bentuk dan warna. Buddha sebagai perwujudan Dharma-Kaya selalu berada di seluruh alam semesta, tidak peduli apakah orang percaya atau tidak percaya pada keberadaanNya. Sambogha-Kaya merupakan sifat Agung Buddha yang merupakan gabungan Kasih Sayang dan Kebijaksanaan. Sambhogha-Kaya berwujud sebagai kekuatan atau cahaya yang hanya dapat dirasakan secara rohani, dan diwujudkan dalam bentuk simbol dari kelahiran dan kematian. Nirmana-Kaya merupakan Buddha Hidup atau Manusia Buddha yang berarti perwujudan fisik dari seorang Buddha, dalam usaha melaksanakan misiNya kepada manusia sebagaimana tercermin pada tubuh Buddha Gautama. Buddha Gautama dengan menggunakan perwujudan Nirmana-Kaya membimbing umat manusia, agar dapat terbebaskan dari penderitaan karena umur tua dan kematian. Dalam perwujudanNya sebagai Nirmana-kaya, terdapat Buddha Masa Lalu, Buddha Sekarang dan Buddha Yang Akan Datang. Buddha Masa Lalu adalah sebelum kehadiran Buddha Gautama, yaitu Buddha Kanogamana, Buddha Kakusundha dan Buddha Kassapa. Sedangkan Buddha Yang Akan datang sebagaimana sabda Buddha Gautama adalah Buddha Maitreya [Metteya], yang sekarang masih bertugas sebagai Bodhisattva dan berdiam di Tanah Suci Tusita. Buddha Gautama bersabda, bahwa Bodhisattva Maitreya akan menjadi Buddha Yang Akan Datang 5.000 tahun setelah Parinibbana Buddha Gautama, atau menurut perhitungan lain yaitu 5.670.000.000 tahun manusia.
Kehadiran seorang Buddha yang telah mencapai Pencerahan Sempurna untuk mengajarkan Dharma di dunia ini sangatlah jarang terjadi. Kehadiran Buddha di dunia ini, karena terpanggil oleh jeritan penderitaan umat manusia. Muncul dan hilangnya Buddha merupakan suatu kenyataan dari hukum sebab akibat yang saling bergantungan, namun Kebuddhaan selalu ada dan dalam keadaan yang sama. Untuk itu sebagai umat Buddha hendaknya selalu tetap pada Jalan Pencerahan Sempurna, sehingga dapat mencapai kebijaksanaan sempurna, dimana tidak terpengaruh oleh kehadiran Buddha. Bentuk asli Buddha pada hakekatnya tidak akan muncul atau lenyap. Buddha selalu ada di sekeliling kita, dan di dalam diri kita, namun sering kita tidak menyadarinya.
Buddha Gautama bersabda: “Sekarang Aku ingat, Ananda, ketika Aku masuk ke dalam kumpulan orang-orang penting, orang-orang religius, perumahtangga, orang-orang dari kepercayaan lain, dan beragam dewa; sebelum Aku duduk dan berbicara kepada mereka, Aku mengubah diriKu sendiri menjadi seperti mereka, berbicara seperti mereka. Tatkala Aku telah selesai membabarkan Ajaran, mereka sangat gembira. Namun, mereka tidak mengetahui siapa Aku, bahkan setelah Aku tiada!” (Mahaparinibbana-sutta)
Ketika kita menyatakan berlindung kepada Buddha (Buddhang Saranang Gacchami) berarti kita harus memiliki kepercayaan terhadap Sang Buddha dan mempertimbangkan ajaran-ajaranNya sebagai suatu hal yang terpenting dalam menjalani kehidupan ini.


xmlns="http://www.sitemaps.org/schemas/sitemap/0.9">

http://www.felixviery-web.blogspot.com/
2009-02-13
always
0.8

Rabu, 11 Februari 2009

tao

Periksa Ejaan

Agama Tao merupakan Agama yang berasal dari Tiongkok. Dari data yang ada , maka Agama Tao merupakan Agama tertua didunia, umumnya diakui sudah ada sejak 7000 tahun silam, dan juga merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang tionghoa, ini tercermin dalam tulisan LUXUN seorang budayawan kondang, dimana beliau menulis bahwa Agama Tao adalah agama dan akar utama dari kebudayaan Tionghoa.


Umumnya Agama Tao diyakini : Berasal dari Kaisar Kuning (Wang Di), dikembangkan oleh Lao Zi dan terorganisasi menjadi sebuah institusi Keagamaan (Agama Tao) yang lengkap oleh Zhang Tao Ling.

Agama Tao selain telah berjasa dalam menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat di Tiongkok selama beribu-ribu tahun. Juga telah memberikan banyak sumbangan terhadap kemajuan sastra, budaya, ilmu astronomi, ilmu pengobatan, filsafat dan cara berpikir masyarakat Tionghoa dimanapun mereka berada.

Pada jaman FU XI sekitar tahun 5000 SM, FU XI telah menggunakan teori dan perhitungan BA-KUA (Delapan Penjuru) untuk menjelaskan tentang sistem Astronomi, menentukan hal-hal yang penting yang berhubungan dengan ramalan kehidupan seseorang, serta menentukan cara-cara ritual penyembahan Dewa/Dewi.

Sampai pada jamannya WANG DI (Kaisar Kuning) 2698 SM, mulai dikemukakan teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan teori tentang masalah kehidupan dan kematian. WANG DI juga merupakan tokoh yang pertama menjalankan pemerintahannya berdasarkan ajaran TAO.

Sejak WANG DI sampai 1500 tahun berikutnya, setiap pemimpin yang menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah masyarakatnya dengan teori ajaran WANG DI, antara lain : Menghormati TIAN dan menjunjung tinggi Sopan-santun dalam bermasyarakat (WANG DI ZHI TAO / Filsafat ajaran WANG DI).

Pada jaman Dinasti Kerajaan Chow, muncul seorang bijaksana yang mempunyai nama besar yaitu LAO ZI. Beliau pernah bertugas sebagai pejabat yang menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki kerajaan Chow. Karena itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca semua buku-buku dan menguasai teori-teori yang diajarkan oleh WANG DI.

Ini membuat beliau sangat menyanjung keagungan alam yang telah menghidupi semua makhluk hidup, termasuk manusia, namun beliau juga mengajarkan bahwa dibalik semuanya itu pasti ada yang menciptakannya yang bersifat maha Agung; maha Mulia dan maha Esa, hanya saja sulit bagi beliau untuk memberikan sebutan atau nama yang tepat bagi Pencipta Alam Semesta yang maha Besar ini.

Akhirnya LAO ZI meminjam kata "TAO", untuk memberi nama bagi "SUMBER" dari segala sesuatu yang tercipta di alam semesta ini. Menurut LAO ZI; TAO adalah sumber terciptanya segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini. Cara berpikir beliau jauh melampaui jamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya yang menjunjung tinggi kebajikan dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran LAO ZI bersama-sama ajaran WANG DI dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO (WANG-LAO TAO / Filsafat ajaran Wang Di dan Lao Zi) sampai sekarang.

Ajaran Wang-Lao (Wang-Lao Tao) ini makin berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya dianut oleh hampir setiap orang terpelajar dan cendekiawan jaman itu, salah satunya adalah CHUANG ZI.

Pemujaan terhadap LAO ZI sudah dimulai sejak jaman Dinasti JIN HAN, saat itu kegiatan keagamaan dan upacara ritual keagamaan sudah berkembang sedemikian lengkapnya. Pada jaman Han Barat, masyarakat hidup makmur dan sentosa berkat semua pemimpin kerajaan menganut dan menjalankan ajaran WANG-LAO TAO.

Sampailah pada jaman Han Timur (Tong Han), ada seorang bernama Zhang Tao Ling yang dengan sungguh-sungguh mempelajari semua ajaran TAO dan ilmu keDewaan, beliau juga berhasil membuat pemilahan-pemilahan dan menyusun peraturan-peraturan tentang cara-cara upacara ke Agamaan TAO, mengajarkan cara-cara bagaimana seharusnya menggambar HU dan menuliskannya dalam buku-buku yang baku untuk kepentingan pengajaran kepada pengikut-penganutnya.

Sehingga terbentuklah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berbasis Agama TAO yang pertama sejak itu. Selanjutnya semua kegiatan keagamaannya selalu secara resmi menggunakan nama AGAMA TAO. Pengikut-pengikutnya disebut sebagai umat TAO (TAO SHI).

Zhang Tao Ling juga menggunakan nama lain, selain Agama Tao, yaitu Thian Zhi TAO dan terutama aktif di daerah Si Chuan, penerusnya juga menyebarkan agama TAO di daerah Jiang Si di daerah Long Hu San / Gunung Naga Harimau, sebelah selatan dari sungai Zhang Jiang.

Sejak itu Agama TAO selalu mengajarkan umatnya untuk memupuk dan mempunyai sifat-sifat yang Jujur, Tulus dan Welas Asih, serta tidak boleh menyakiti orang lain.

Orang kalau sakit atau bersalah, bila ingin sembuh dan minta pertolongan di dalam Agama TAO, maka diharuskan pertama kali untuk mengakui kesalahannya atau perbuatan tidak baiknya, baru kemudian diberi pengobatan ataupun nasehat bahkan diajak Semedi dan mawas diri untuk kesembuhan dirinya.

Agama TAO terutama mengajarkan sifat Qing Jing Wu Wei, suatu sifat dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha berbuat sesuatu demi kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang tulus tanpa pamrih!, selain itu juga selalu mawas diri dalam usahanya mengajak masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-masing. Sifat demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya klenteng-klenteng yang bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang sedang bepergian jauh, serta menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang menginap di sana, ini semua bertujuan untuk melayani dan memudahkan masyarakat pada jamannya, sehingga sangat mendapat dukungan dari segala lapisan masyarakat.

Pada jaman Dinasti DHANG, Agama TAO berkembang pesat sekali, sehingga raja pun menetapkan adanya pejabat khusus setingkat Menteri untuk mengurusi semua persoalan yang berhubungan dengan Tao Kuan dan Klenteng-klenteng yang ada pada saat itu.

Selain itu juga setiap tahun diadakan semacam ujian untuk mengangkat orang-orang yang ahli dalam pengetahuan tentang Tao (Istilahnya XIAN SIEK POK SHI = Profesor Keagamaan dalam Agama Tao), sebagai penasehat resmi kerajaan.

Keadaan ini berkembang terus sampai jaman Dinasti SONG, umumnya raja-raja dan keluarga raja semuanya menganut Agama Tao, sehingga boleh dikatakan merupakan jaman keemasan bagi Agama TAO saat itu. Sejarah mencatat bahwa jaman Dinasti DHANG dan Dinasti SONG, banyak menghasilkan Tao Shi (Pendeta / Ahli Agama TAO) yang sangat bijaksana dan mumpuni, dimana cerita mereka itu banyak bisa dijumpai dalam buku-buku yang menulis tentang Agama TAO.

Pada jaman Dinasti CIN, di Tiongkok utara lahirlah 3 aliran Agama TAO yang baru yaitu : Aliran QUAN ZHEN; Aliran ZHEN DA; Aliran DAI YI. Diantara 3 aliran itu, QUAN ZHEN TAO JIAO (Agama TAO aliran QUAN ZHEN) berkembang paling pesat dan mempunyai pengaruh yang sangat luas.

Dari QUAN ZHEN TAO JIAO lah muncul seorang tokoh yang bernama JIU JU CIE, beliaulah yang pada jaman Dinasti YUAN, berhasil mempengaruhi dan mengajak Raja YUAN yaitu JENGIS KHAN, untuk menerima dan percaya kepada ajaran Agama TAO.

Pada akhir jaman Dinasti YUAN, popularitas Agama TAO mulai menurun di kalangan keluarga kerajaan, sehingga terjadilah peristiwa pembakaran buku-buku Agama TAO, hal ini tentu sangat merugikan citra dan menimbulkan kemarahan umat Agama TAO dikemudian hari.

Keadaan ini dimanfaatkan oleh CU YUAN CHANG untuk bisa segera memperoleh dukungan masyarakat dalam usahanya manggulingkan Dinasti YUAN dan mendirikan Dinasti MING.

Setelah CU YUAN CHANG berhasil memanfaatkan umat Agama TAO dalam mendirikan kerajaan MING, beliau sangat mengetahui bahwa Agama TAO sangat menjunjung tinggi sifat Kebajikan dan Kebebasan serta sangat Anti Kediktatoran (karena kediktatoran sangat bertentangan dengan sifat alamiah), hal ini sangat ditakuti oleh CU YUAN CHANG, sebab beliau sebetulnya lebih suka menjalankan kekuasaannya secara Tirani.

Maka di depan umum Cu Yuan Chang kelihatan sangat mendukung berkembangnya Agama TAO, namun secara diam-diam beliau berusaha melakukan segala cara untuk menekan Agama TAO, ini terbukti karena Cu Yuan Chang akhirnya hanya mengijinkan Agama TAO untuk menyebarkan ajaran tentang cara-cara / upacara menyembah Dewa / Dewi serta cerita-cerita tentang Ilmu pengetahuan KeDewaan, tapi sama sekali dilarang untuk mengajarkan filsafat dan ilmu pengetahuan dari Agama TAO yang lebih dalam. Hal ini tentu sangat memukul perkembangan Agama TAO, dan memicu berkembangnya dampak negatif bagi citra Agama TAO dikemudian hari.

Ketika kerajaan MAN QING menjajah Tiongkok dan mendirikan Kerajaan QING, sebagai penjajah mereka sangat takut terhadap ajaran Agama TAO yang sangat bersifat Kerakyatan dan menjunjung Kebijakan dan Kebebasan serta anti Kediktatoran.

Sehingga mereka juga melarang usaha penyebaran ajaran filsafat dan ilmu pengetahuan Agama TAO yang sebenarnya, namun sengaja membiarkan orang-orang yang mengatasnamakan Agama TAO untuk menonjolkan Ketahyulan, berkeliaran utnuk menyebarkan kesesatan diantara anggota masyarakat dengan tujuan memfitnah Agama TAO, orang yang demikian itu biasanya disebut Wu Bo (Dukun Perempuan) ataupun Shen Han (Dukun Pria).

Karenanya sejak itu, citra Agama TAO menjadi sangat jelek dan ketinggalan jaman, dampaknya terasa sampai kurun waktu yang lama sekali, sekarang ini masih ada sebagian orang terpelajar, yang karena belum mengerti apa sebenarnya Agama TAO, dengan mudahnya meremehkan AgamaTAO sebagai Agama yang bersifat tahyul dan ketinggalan jaman, sebab pada dasarnya mereka belum bisa membedakan antara Tao Shi dengan dukun.

Syukurlah sesuai dengan kemajuan jaman, akhir-akhir ini semua sudah mulai berubah ke arah yang positif, para umat penganut Agama TAO mulai menyadari kesalahan sikap diamnya selama ini, sehingga dimana-mana umat TAO mulai membenahi diri dan dengan gigih menyebarkan ajaran Agama TAO yang sebenarnya, walaupun masih harus menghadapi banyak kendala di lapangan.

Di luar Tiongkok dan Taiwan, ada beberapa negara yang umat Agama TAO nya sangat aktif dan berkembang antara lain: Singapore (Taoist Federation Singapore), Korea, Jepang, Philipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Indonesia, dll.


anda ingin cari tao shi / saikong untuk perkabungan ritual bakar rumah dan lain lain segera hubungi kami di (021)68083988

xmlns="http://www.sitemaps.org/schemas/sitemap/0.9">

http://www.felixviery-web.blogspot.com/
2009-02-13
always
0.8

Ingin mengetahui lebih banyak ? Masukan email anda disini

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner